Jika Indonesia Berperang, Paling Hanya Mampu Bertahan 3 Hari
Jika Indonesia Berperang, Paling Hanya Mampu Bertahan 3 Hari
Selamat malam :)
Judul di atas saya ambil dari pernyataan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, di akunnya @ryamizard_r: “Jika Indonesia berperang, paling hanya mampu bertahan dalam 3 hari”. Lha, iki piye, Jal? Menhanaja gak pede dengan kekuatan militer kita, bagaimana dengan kita? Padahal menurut prediksi beberapa pengamat, 8 tahun lagi perang akan beralih di Asia Pasifik ini. Nah loh ...
Prediksi pengamat itu mendasar. Perkembangan imperium militer AS yang bisa disimak dari pernyataan Menteri Pertahanannya, Leon Edward Panetta, menyatakan bahwa 60 persen kekuatan militer AS akan pindah ke kawasan Asia Pasifik mulai 2012 hingga 2020.
Reposisi kekuatan militer AS tersebut ada dibawah kendali dan tanggung jawab Andy Hoehn, Wakil Menhan AS untuk bidang strategi. Hoen dan dan rekan-rekannya mengatur tahapan implementasi akan apa yang disebut Goerge Bush dulu sebagai strategi perang pencegahan terhadap “persatuan negara-negara merah dan orang-orang jahat”.
Negara-negara ini oleh AS telah diidentifikasikan sebagai "busur ketidakstabilan" yang tersebar dari mulai daerah Andes di Colombia terus kearah Afrika Utara dan kemudian menyapu negeri negeri seberang Timur Tengah, hingga termasuk Filipina dan Indonesia.
Jadi, perang terhadap terorisme adalah sebagian kecil dari alasan strategi militer AS di belahan dunia. Yang sebenarnya adalah untuk membangun cincin baru dari Pangkalan militer sepanjang khatulistiwa guna memperluas imperium militer AS mendominasi dunia.
Sejak April 2012, sebanyak 200 pasukan AS telah tiba di Australia sebagai gelombang pertama dari 2.500 pasukan yang direncanakan hingga 2017 nanti ditempatkan di negara yang selama hidup bertetangga tak pernah menunjukan kemauan bersahabat dengan tetangga dekatnya ini.
Washington Post melaporkan bahwa rencananya militer AS akan menempatkan pesawat tempur berawak dan tidak berawak yang dikenal dengan nama Global Hawk.Secara prinsip Indonesia tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam rencana mereka. Namun, tujuan mereka jelas bisa ditebak dengan menempatkan pesawat tak berawak di bawah jendela rumah kita ini.
Lantas, bagaimana sih sesungguhnya kekuatan TNI kita, sampai-sampai Pak Menhan sendiri meragukannya?
Persoalan pertahanan bukan hanya soal tentara dan senjata saja, tapi dayadukung terhadap operasional tentara bersama perangkatnya seperti kendaraan tempur, kapal perang, hingga pesawat tempur memerlukan dukungan untuk mobilisasi. Tidak saja ketersediaan jalan atau bandara, tapi juga bahan bakar dan energi untuk mengoperasikan peralatan perang yang ada.
Kalau kita mau menjadi negara yang memiliki konsep negara kuat, sudahi klaim pertahanan hanyalah urusan tentara saja. Kembalilah pada konsep holistik, bahwa pertahanan butuh dukungan banyak aspek. Dan di era teknologi sekarang ini, cukup dengan serangan virus saja sebuah negara bisa lumpuh. Mungkin ini lho kira-kira yang menjadi keraguan Pak Menhan.
Masih ingat kan dengan pesawat angkut Hercules milik TNI AU yang jatuh di Medan, Sumatera Utara, Selasa (30/6) beberapa bulan yang lalu? Yah, pesawat Hercules dengan nomor ekor A-1310 jatuh di Jalan Jamin Ginting Medan, dekat Lapangan Udara (Lanud) Soewondo eks Bandara Polonia Medan sekitar pukul 11.00 WIB. Mungkin kejadian itu bisa mengindikasikan bahwa memang kondisi alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia, terutama yang bertugas memobilisasi TNI memang sangat memprihatinkan.
Alutsista untuk mobilisasi seperti pesawat Hercules dan lain-lain, seperti yang disampaikan pengamat militer dari LIPI, Mochmmad Nurhasyim, hanya 30 persen yang bisa berfungsi. Itu pun sudah kedaluwarsa. Memang sih terdapat beberapa hambatan yang memperlambat modernisasi alutsista TNI, beberapa diantaranya adalah keterbatasan anggaran dan kebijakan yang berbeda antar rezim.
Modernisasi alutsista memerlukan dana dan anggaran yang sangat besar, jelas Nurhasyim. Permasalahannya, dalam setiap APBN, anggaran untuk TNI selalu berada di urutan keempat atau kelima. Itu pun harus dibagi Kementerian Pertahanan dengan tiga angkatan.
Separah itukah alutista TNI kita? Bagaimana kita bisangadepin perang Asia Pasifik yang diprediksi terjadi 8 tahun lagi itu? Apalagi ngadepin imperium militer AS yang memandang negara kita ini sebagai salah satu “persatuan negara-negara merah dan orang-orang jahat”?
Nah, Kompasianer yang baik hati dan budiman,
Hadir yuk di perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 70 TNI pada 5 Oktober besok yang kebetulan akan dilangsungkan di Kota Cilegon, Banten, deket rumah saya. Hehe .... Jadi kalau K-ers haus abis nonton demonstrasi alutista, bisa mampir ke gubuk saya. Kita lihat disini betulkah alutista kita memang mengkhawatirkan keberadaannya.
Menurut Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dipilihnya Cilegon selain karena dekat dengan Jakarta juga aman dalam menggunakan peluru maupun roket asli ke sasaran. HUT TNI kali ini akan lebih menegangkan dibanding yang sudah-sudah, karena akan ada demonstrasi pertempuran udara dan laut menggunakan peluru tajam.
Panglima juga menambahkan, demonstrasi yang akan ditampilkan sesuai dengan tema dan visi misi Presiden Joko Widodo yang menginginkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Untuk mewujudkan itu, TNI harus punya keunggulan di laut dan di udara.
Puncak Peringatan Hari TNI ke-70 tahun ini yang akan disaksikan langsung oleh Presiden dan ribuan masyarakat, data dari Kabidpenum Puspen TNI, Kolonel Czi Berlin G, TNI akan mengerahkan 12.080 prajurit dari Ketiga Angkatan dan pengerahan Alutsista.
Selain itu, pelaksanaan upacara akan dimeriahkan dengan demontrasi prajurit dan Alutsista TNI, seperti: TNI AD menampilkan Demo Yongmoodo berkekuatan 3.233 prajurit, demo ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan prajurit dalam teknik beladiri militer dengan baik.
Sedangkan TNI AL mendemontrasikan Operasi Laut Gabungan, Operasi Amphibi dan penembakan senjata startegis Exocet MM 40. Operasi Laut Gabungan dalam rangka merebut keunggulan Laut dan Operasi Amphibi untuk mengembalikan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demo tersebut melibatkan 3.374 prajurit TNI AL, 43 KRI, dan 25 Unit Pesawat.
Kemudian TNI AU menampilkan Demo Operasi Udara Gabungan untuk merebut keunggulan udara. Demo tersebut melibatkan 1.794 prajurit TNI AU, 130 pesawat baik pesawat jenis Helly, Cesna, Angkut, Latih, dan pesawat Tempur seperti 4 pesawat EMB-314, 12 pesawat T-50, 10 pesawat Hawk 100/200, 12 pesawat F-16 Sukhoi.
Seru dan menegangkan kan?
Terimakasih telah berkunjung. Semoga ada Hikmahnya
0 Response to "Jika Indonesia Berperang, Paling Hanya Mampu Bertahan 3 Hari "
Post a Comment